PERSYARATAN OBSERVER YANG BAIK
Agar observasi memperoleh hasil yang maksimal, Hanna Djumhana (1983 : 204) dan Ellis, C.M (2004 : 467-68) menunjukkan beberapa persyaratan yang perlu dimiliki oleh observer disarikan berikut :
- Mengingat esensi observasi adalah melakukan pengamatan dengan memanfaatkan pancaindra, oleh sebab itu observer seyogianya memmiliki alat indera yang baik. Dalam kegiatan konseling, lazimnya indera mata dan telinga lebih perperan dibandingkan dengan indera yang lain.
- Observer perlu memiliki motivasi dan kesdiaan untuk melakukan obervasi.
- Pengetahuan dan pengalaman melakukan observasi perlu dikembangkan melalui (1) pengkajian teori, (2) pelatihan tehnik-tehnik observasi, dan (3) melatih diri menerapkannya dalam suasana konseling dan dalam kehidupan sehari-hari.
- Observasi seyogianya mengambil sikap netral, bebas prasangka, dan tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan.
- Dalam observasi sebaiknya observer juga memperhatikan kondisi tubuhnya. sebab dalam kondisi terlalu lelah, sakit dan "tidak berminat" dapat mengakibatkan hasil observasi kurang optimal.
- Ada baiknya observer - utamanya konselor dan peniliti kualitatif - mengenal latar belakang sosial budaya dan agama konseli dengan baik, sebab dengan pemahaman itu memungkinkan observer memahami makna yang sebenarnya dibalik perilaku yang nampak.
- Khususnya bagi konselor, dalam situasi konseling seyogianya mampu menciptakan relasi (repport).
- Hal lain yang perlu diperhatikan konselor adalah sesegera mungkin mencatat hasil observasi sebelum lupa.
Belum ada Komentar untuk "PERSYARATAN OBSERVER YANG BAIK"
Posting Komentar