LATAR BELAKANG PTBK

Kenapa mesti ada PTBK....???
 
Coba kita simak sepenggel latar belakang dari terjadinya PTBK,

Pada suatu hari bu Ghani Guru BK/ Konselor di SMA "Dahlia" terlihat begitu risau sehabis memberikan layanan Bimbingan Klasikal di kelas XI D. Di ruang BK bu Ghani tampak membolak-balik materi layanan yang baru dilakukan. Sebentar-sebentar pandangannya dilayangkan jauh ke depan sambil manggut-manggut seperti ada sesuatu yang menggeayutinya. Beliau mulai bertanya-tanya kepada dirinya : "Tadi saya memberikan informasi tentang peranan konsep diri dalam pilihan karir. Tetapi mengapa anak-anak tidak begitu tertarik dengan materi itu. Padahal materi itu sangat penting bagi mereka". Sesaat bu Ghani menarik napas panjang ingin merefleksikan apa yang barusan dilakukan, beliau merasa risau dan mulai bertanya kepada dirinya : "Apa metode ceramah yang saya gunakan kurang tepat ? Tampaknya begitu. Tadi si Gita dan Nabila tampak ngomong sendiri, juga Ganjar dengan Gio tampak bermain dengan HP nya. Tambah lagi Aji dengan Nanik usul supaya pelajaran bimbingan di LKS kan saja. Padahal ini bukan pelajaran". Tapi kemudian bu Ghani nampak tersenyum dan bergegas keluar dari ruangan BK. 

Coba kita simak sepenggel latar belakang dari terjadinya PTBK LATAR BELAKANG PTBK
Dalam hatinya beliau terucap:” Saya akan menghadap Wakasek Bidang Kurikulum. Beliau kan sudah menyandang gelar Doktor. Beliau tentu tahu apa yang saya rasakan ini. Saya akan bertanya dan meminta penjelasan kepada beliau tentang model-model pembelajaran atau metodik khusus pembelajaran. Mungkin penjelasan beliau bermanfaat untuk memperbaiki proses penyelenggaraan layanan BK. Yahh..saya harus merubah cara saya memberikan layanan....agar mutu layanan BK menjadi lebih baik dan siswapun puas...”Ilustrasi di atas mnggambarkan betapa seorang Konselor (tentu sebagai profesional) dengan kejujurannya mengakui kelemahannya dalam menyelenggarakan layanan BK dan berusaha untuk memperbaikinya agar mutu layanan BK menjadi lebih baik. Berusaha menjaga mutu kinerja adalah sesuatu yang baik bagi profesional apalagi menjadikannya sebagai budaya profesi dalam keseharian sangatlah membantu pengembangan profesi (Zi Orga. 2003 dalam Taufik.2009;7). Pelaku profesi yang tidak memiliki komitmen untuk menjaga, memelihara, dan mengembangkan mutu layanan profesinya lambat laun akan menurunkan kualitas keprofesionalan dan bila hal ini dibiarkan saja maka pada akhirnya profesi akan menuju kepada kondisi “born-out profession” (mati profesi). 

Setelah menyelenggarakan kegiatan profesionalnya bu Dhani merefleksi diri atas kerisauan yang dirasakan dari hasil yang dicapai dalam kegiatan profesionalnya. Bu Dhani sebagai profesional sadar betul bahwa layanan profesional yang kurang bermutu harus diubah menjadi layanan yang lebih bermutu sehingga dirinya dan siswa sebagai pengguna jasa profesionalnya juga merasa puas. Kesadaran seperti ini bukan sesuatu yang mudah di dapat. Di kalangan Guru, pun Konselor apabila hasil pembelajaran atau hasil layanan BK tidak mencapai hasil seperti yang diinginkan, kecenderungannya selalu menunjuk kepada sumber masalah di luar dirinya misalnya siswa sebagai sumber kesalahan dengan memberikan label-label kepada siswa sebagai siswa bandel, siswa nakal, siswa tak bisa diatur, bahkan siswa bodoh, siswa kurang ajar dan sebagainya. 

Apa yang dilakukan bu Ghani sebenarnya adalah awal suatu kegiatan penelitian. Mungkin kita pernah mendengar istilah penelitian tindakan (action research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara memberikan suatu perlakuan terhadap suatu kondisi. Schumacher, S & cMillan, J.2001, Carr & Kemis (dalam Wardhani.2007: 1.4) lebih jauh menjelaskan:



action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participans (teachers, students, or principals, for example) in social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educational practices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutionss) in wich the practices are carried out.
 Pengertian tersebut mengandung beberapa ide pokok seperti di bawah ini :
  1.  Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri
  2. Penelitian tindakan dilakukan oleh orang yang terlibat dalam situasi yang diteliti seperti konselor, guru,konseli, dan sebagainya
  3. Penelitian  tindakan dilakukan dalam situasi sosial termasuk pelayanan bimbingan dan konseling
  4. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki : dasar pemikiran dan kepantasan suatu praktik, pemahaman terhadap praktik, dan situasi di mana praktik itu diselenggarakan.
Perlu dipahami bahwa penyelenggaraan Penelitian Tindakan (selanjutnya disingkat PT) untuk guru bidang studi atau guru kelas menjadi semakin mudah dilaksanakan karena guru bidang studi di SD,SMP ataupun SMA memiliki kelas dalam mana mereka melaksanakan tugasnya. Guru kelaspun (umumnya di SD) sangat memungkinkan karena biasanya guru kelas mengajar di kelas yang tetap (tidak berpindah-pindah). Dengan demikian guru bidang studi dan guru kelas memiliki fasilitas yang tersedia setiap saat untuk melaksanakan PT di kelas yang kemudian dikenal dengan istilah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri. PTK seyogyanya dilakukan  berkolaborasi dengan teman sejawat atau lebih baik lagi dengan para pakar di bidangnya. Atas dasar pemikiran ini maka PTK merupakan   penelitian yang bersifat kolaborasi yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. 

Layanan Bimbingan dan Konseling yang memiliki karakteristik  yang berbeda dengan kegiatan pembelajaran. Ini disebabkan karena Guru Pembimbing di sekolah / konselor sekolah tidak memiliki kelas yang “tetap” sebagaimana guru bidang studi ataupun guru kelas. di samping itu  deskripsi tugas Guru Pembimbing/Konselor berbeda dengan Guru Bidang Studi atau Guru Kelas. Guru Pembimbing di sekolah/Konselor sekolah (Untuk selanjutnya penulis menggunakan istilah konselor) dalam melaksanakan tugasnya dapat berskala setting kelas atau  settingdi luar kelas, bisa bersifat individual maupun klasikal. Oleh karena itu penelitian tindakan dalam setting bimbingan dan konseling atau disebut dengan istilah penelitian tindakan – bimbingan dan konseling (PTBK) dapat  didefinisikan sebagai “penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh konselor melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki mutu layanan BK agar kesejahteraan mental siswa meningkat”.  

Dilihat sepintas, definisi penelitian tindakan kelas (PTK) dan penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) tampak memiliki konsep yang hampir bersamaan. Memang benar demikian, karena PTBK awalnya berangkat dari PTK. Namun karena layanan bimbingan dan konseling berbeda secara prinsip dengan pelaksanaan pembelajaran maka konsep PTK dikembangkan menjadi PTBK. Pengembangan ini telah dilakukan oleh para pakar pembelajaran dan pakar layanan bimbingan dan konseling melalui proses, diskusi, simulasi, dan pemikiran yang panjang. Dan hasilnya seperti yang diuraikan dalam penjelasan di atas.

Sumber https://www.maribelajarbk.web.id/

Belum ada Komentar untuk "LATAR BELAKANG PTBK"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel