Tantangan ITB (*dan PT Lainnya) Sebagai Agen Perubahan Budaya Selasa, 18 November 2014 Tambah Komentar Edit Materi Ajar vs Proses Belajar. Dalam kuliah tersebut Bapak Hendra memulai dari satu kisah, Kasus: Ghana vs Korea Selatan Pada tahun 1960-an, perekonomian Ghana dan Korea Selatan sangat mirip. PDB mereka hampir sama, juga porsi ekonomi diantara produk, manufakturing, dan jasa primer kira-kira sama. Bantuan ekonomi yang mereka terima [dari Bank Dunia dll] juga setara. 30 tahun kemudian, Korsel menjadi raksasa industri dengan ekonomi terbesar ke-14 dunia, sementara Ghana tetap seperti semula. Menurut Samuel P. Huntington, “budaya memainkan peran besar.” Bapak Hendra juga menyampaikan bebrapa kutipan yaitu; M.T. Zen [Kompas, 2005]: Bangsa yang Maju itu adalahBerdisiplin tinggi Bertanggungjawab Menghormati hukum Menghargai hak warga lain Bekerja keras untuk berinvestasi Menghargai waktu Memanfaatkan IPTEKS IPTEKS telah mewarnai peradaban sejak zaman Babilonia dan Mesir Kuno. Tidak ada bangsa yang maju tanpa ditopang oleh penguasaan IPTEKS. Peran Perguruan Tinggi menurut Aristoteles dan CiceroAristoteles [384-322 SM]: Perguruan Tinggi adalah tempat untuk menghasilkan IPTEKS [scholastic]. Universitas ➨ penelitian Cicero [106-43 SM]: PerguruanTinggiadalahtempatuntuk‘membentuk’ manusia [humanism]. Universitas ➨ pendidikan Peran Perguruan Tinggi pada Abad ke-12 s/d 19Sebagai “institusi penyeimbang” disamping institusi keagamaan, memicu Renaissance dan Aukflärung [Enlightenment, Pencerahan] di beberapa negara Eropa Barat. Manusia berbudaya = manusia tercerahkan Sebagai universitas riset di Jerman, mengejar ketertinggalannya dari Inggris Raya yang telah lebih dulu memasuki Era Industri. Li Lanqing [2005] “Education for 1.3 Billion”As wellsprings of newly created knowledge, … universities are the source of new ideas, theories, technology and schools of thought to emerge in a constant flow. The success of … universities lies in their ability … to nurture large number of out-standing people, many of whom go on to make a name for themselves and their alma maters through distinguished careers as political leaders, economic gurus, elite scientists and engineers, academic masters, multinational corporate bosses, etc. Bagaimana Dengan Indonesia? Catatan Sejarah [1] Tak lama setelah Indonesia merdeka, Pengurus Permusjawaratan Pendidikan Indonesia mengadakan Konggres pada tangga l4-6 April 1947 di Surakarta, yang dipimpin oleh Prof. Mr. Sunarjo Kalapaking dan S. Bradjanegara, dan dihadiri oleh Presiden Soekarno, Dr. Radjiman, Prof. Dr. Sardjita, Prof.Dr. Mr. Supomo, Mr. Wongsonegoro, Drs. A. Sigit, KiHadjarDewantara. [Tercatatpula kontribusi tulisan dari Dr. Wedyodiningrat.] Sumber: S. Bradjanegara, “SejarahPendidikanIndonesia”, 1956 Catatan Sejarah [2] Supomo: “fungsi perguruan tinggi di Indonesia akan sama dengan di negeri-negeri modern di Europa–Amerika, yaitu sebagai: Badan pusat ilmu-ilmu pengetahuan dan kebudayaan Badan untuk mendidik calon pemimpin-pemimpin yang memerlukan pendidikan tinggi guna masyarakat dan negara Catatan Sejarah [3] Kalapaking: “tujuan universitas adalah: Menjadi koordinator dan pendorong dalam usaha mempelajari dan memperkembangkan ilmu-ilmu dan memberi penerangan kepada masyarakat dalam membangun kebudayaan baru dan tata negara baru. Mendidik tenaga-tenaga yang dibutuhkan masyarakat dan perlu mendapat didikan secara ilmu pengetahuan. Universiteit Negeri Gadjah Mada di dirikan pada tahun 1949, dan menjadi universitas pertama yang didirikan oleh Pemerintah Indonesia. Statistik [2] 250 juta penduduk Indonesia 25 juta usia kuliah 6 juta mahasiswa terdaf tarkuliah [ 1 juta di PTN] 25 juta sarjana 25.000 doktor [1 per 10.000 penduduk] 7.500 doktor sci/eng Statistik [3] Indeks Pembangunan Manusia [IPM] Indonesia sangat rendah. Menurut United Nations Development Program, IPM Indonesia tahun 2013 berada di urutan 108 dari 187 negara yang disurvei, dengan skor 0,684. Peringkat ini sama dengan peringkat pada tahun 2010 [sempat turun pada tahun 2011, namun kembali lagi keposisi 108 pada tahun 2012 dan 2013]. Di kawasan ASEAN, peringkat Indonesia berada dibawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Namun IPM Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar. Statistik [4] Kualitas kehidupan [termasuk budaya] masyarakat Indonesia masih rendah. Kualitas lulusan dan IPTEKS yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi Indonesia pada umumnya masih sangat rendah. [Ini mengindikasikan bahwa kualitas program pendidikan dan pengembangan IPTEKS yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Indonesia masih sangat rendah.] Apa Peran ITB [dan PT Lainnya]?Sekilas ITB TH didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1920. Setelah Indonesia merdeka, TH ➨ FT [yang mencakup Dept SR] dan FIPIA UI. Pada tahun 1959, ITB didirikan, dan sejak itu berevolusi hingga sekarang. Apayang telah ITB lakukan? Mendidik “putra-putri terbaik bangsa” Mengembangkan IPTEKS Melayani masyarakat ITB telah seharusnya dapat ...Menjadi Agen Perubahan Budaya, mengembangkan IPTEKS dan membangun manusia Indonesia yang: Produktif dan kontributif Memanfaatkan IPTEKS [dalam menyelesaikan berbagai permasalahan] Bekerja keras untuk mencapai hasil yang ‘besar’ [great] Mengedepankan nalar dalam kehidupan sehari-hari Tak pernah berhenti belajar Memiliki integritas, berdisiplin tinggi, menghargai waktu, bertanggung jawab, menghormati hukum, dan menghargai hak warga lain Menjadi sosok anutan [role model] bagi masyarakat Start by getting the right people onthe bus, the wrong people offthe bus, and the right people in the right seats. [Jim Collins, “Good to Great”]Baik buruknja nilai dengan hasil Universiteit terutama tergantung pada pemilihan orang2 jang didjadikan maha-guru.[S. Kalapaking, “Hal Universiteit”]Indonesia Masa Depan Seperti Apa?, Mari kita rajut masa depan dari sekarang.Semoga kita dapat mengambil makna positif dari apa yang disampaikan oleh Bapak Hendra Gunawan pada kuliah umum forum studi kebudayaan ITB [Institute Teknologi Bandung] tersebut. Hendra Gunawan, Lahir di Bandung pada tahun 1964, adalah seorang matematikawan. Beliau menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung sejak tahun 1988 dan mendapat gelar doktor dalam bidang Matematika dari University of New South Wales Sydney, pada tahun 1992. Selain sering menulis di media massa, beliau juga mengasuh beberapa blog untuk memopulerkan matematika dan sains, antara lain indonesia2045.com | anakbertanya.com | bersains.wordpress.com | bermatematika.net/ Suka matematika tapi tidak kenal dengan Bapak Hendra Gunawan kurang seru, yuk mengenal salah satu matematikawan Indonesia melalui video berikut; Sumber https://www.defantri.com/ Bagikan Artikel ini
Belum ada Komentar untuk "Tantangan ITB (*dan PT Lainnya) Sebagai Agen Perubahan Budaya"
Posting Komentar