Pengertian Narasi Ekspositoris dan Contohnya

Guruberbahasa.com- Pengertian Narasi Ekspositoris dan Contohnya

Pengertian Narasi (Kisahan) 

Narasi  atau  kisahan  adalah  karangan  yang  menceritakan  sesuatu  baik  berdasarkan  pengamatan  maupun  pengalaman  secara  runtut.  Sebuah  karangan n arasi  akan berusaha mengisahkan  suatu peristiwa atau kejadian  secara  kronologis  (Keraf,  1997:  109).  Penulisan  narasi  yang  baik membutuhkan  tiga  hal,  yaitu:
(1)  kalimat  pertama  dalam  paragraf  harus  menggugah  minat  pembaca,  
(2) kejadian  disusun  secara  kronlogis,  dan  
(3)  memiliki  fokus  pada  tujuan  akhir  yang  jelas  (Utorodewo,  dkk,  2004:  65).  

Selanjutnya,  Utorodewo,  dkk  (2004:  65)  mengemukakan  bahwa  sebuah  karangan narasi akan tersusun dengan baik apabila menggunakan:  
(1) keterangan waktu,
(2) keterangan yang berkaitan deng an pekerjaan atau peristiwa, dan 
(3) kata - kata peralihan yang mengungkapkan kaitan pikiran, kaitan waktu,  dan kaitan hasil, dan pertentangan. 

Ditinjau  dari  sifatnya,  narasi  terdiri  atas  dua  jenis,  yaitu  
(1)  narasi  ekspositoris  atau  narasi  faktual,    dan  
(2)  narasi  sugesti  atau narasi  berplot  (Finoza, 2008: 238). 

Yang dimaksud dengan narasi ekspositoris adalah yang  bertujuan  memberikan  informasi  kepada  pembaca  agar  pengetahuan  yang  bersangkutan bertambah luas, sedangkan narasi sugesti adalah narasi yang  di tujukan  memberikan  makna  kepada  pembaca  melalui  imajinasinya.  Di  bawah ini adalah contoh narasi sugestif.

Dulu, musim hujan pertama itu, ketika anakku dan aku baru pindah  kemari,  Monang  masih  rajin  datang.  Setiap  hari  raya — Natal,  Paskah — dan tentu hari ula ng tahunku.   

Ya, artinya ia  selalu  datang sehari  sesudahnya.  Mungkin ia malu  bertemu dengan keluargaku. Jadi selalu diusahakannya agar datang  sesudah  mereka  pergi.  Mengelakkan  senyum  dingin  yang  terarah  kepadanya,  yang  lebih  melukai  dari  seribu  tuduhan.  

Melarikan  diri  dari pandangan penuh arti, yang lebih keras memukul daripada tinju  kepal. Keluargaku  tak  pernah  memaafkkannya.  Barangkali  mereka  tak  sanggup menerima bahwa aku sendiri sudah lama mengampuninya.  Mereka  tidak  bisa  mengerti  bahwa  aku  sanggup  tetap  mengasihi  orang yang telah mengucilkanku kemari. 

Kalau bukan karena Monang, tentu aku pun sudah menjadi tokoh  masyarakat sekarang. Namaku dan potretku tentu sering muncul di  surat  kabar.  Perbuatanku  dan  pemikiranku  tentu  dianggap  turut  membangun masy arakat, turut mengarahkan terlaksananya cita - cita  mereka.  Sekarang...  teman - temanku  pun  sudah  lupa  padaku.  

Karena  perbuatan  Monang  aku  menjadi  begini...  .  Tetapi  aku  sudah  lama  mengampuninya. Keampunan dosa — bukankah itu inti sari agamaku? Kuyakinkan ba hwa Allah Maha Pemurah, mengampuni dosa sekeji  apapun. Ia sudah mengampuni aku. Aku yakin betul bahwa dosaku 34 diampuni olehNya. Dan kalau begitu, siapakah aku — yang gegabah  menolak penyesalan sesamaku? 

Hukumammu sudah cukup berat, Monang. Aku takkan menamba h  sekerikil pun atas bebanmu. Karena pernah kita begitu berbahagia bersama - sama. Menghayati  bersama - sama  kecerahan  hari  hidup  kita.  Lalu  badai  menyambar  kita — sehingga  kita  terpisah  kini.  Tetapi  itu  bukan  cuma  salahmu,  Monang.  “Badai  meniupkan  kapal - kapal  ke  mana  nakhodanya  tak  berhasrat  pergi,”  kata  suatu  pepatah  kuno.  

Kapalku  kandas,  sedangkan kapalmu berlayar terus tanpa harapan. Ya,  sekalipun  kau  tak  pernah  mengunjungiku  akhir - akhir  ini,  Monang,  sedikit - dikitnya  itu  kuketahui  betul:  kau  hidup  tanpa  har apan. Kasihan
Monang... Dari  rumahku  yang  kecil  di  luar  kota,  kukirimkan  rasa  ibaku  kepadamu  di  rumahmu  yang  mewah  di  tengah  kota.  Bagaikan  burung  pipit  yang  hinggap  di  jendela,  memandang  bangkai  cenderawasih yang kau pajang d atas lemarimu. Dan kalau sampai kau lihat burung pipit itu, Monang, ingatkah kau  padaku? Pada Raumanen, cinta pertamamu? 

(Dicuplik  dari  novel  berjudul  Raumanen karya  Marianne  Katoppo,  diterbitkan oleh Metafor Publishing, Jakarta, 1977,  hlm. 3 — 4)

Sumber http://www.guruberbahasa.com/

Belum ada Komentar untuk "Pengertian Narasi Ekspositoris dan Contohnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel