Unsur-Unsur Resensi Buku Menurut Ahli Bahasa
Guruberbahasa.com/resensi
Unsur-Unsur Resensi Buku
Resensi yang merupakan salah satu bentuk tulisan jurnalistik populer tetap memunyai aturan-aturan penulisan. Aturan tersebut didasarkan pada unsur-unsur yang membangun resensi buku. Setiap media massa memunyai pola sendiri dalam penulisan resensi. Akan tetapi pola-pola tersebut tetap mengandung unsur-unsur resensi pada umumnya. Unsur tersebut menurut Samad (1997:7-8) meliputi judul resensi, data buku, pendahuluan, tubuh atau isi pernyataan, dan penutup.
Resensi yang merupakan salah satu bentuk tulisan jurnalistik populer tetap memunyai aturan-aturan penulisan. Aturan tersebut didasarkan pada unsur-unsur yang membangun resensi buku. Setiap media massa memunyai pola sendiri dalam penulisan resensi. Akan tetapi pola-pola tersebut tetap mengandung unsur-unsur resensi pada umumnya. Unsur tersebut menurut Samad (1997:7-8) meliputi judul resensi, data buku, pendahuluan, tubuh atau isi pernyataan, dan penutup.
Judul resensi haruslah selaras dengan keseluruhan isi resensi dan tentu saja menarik. Dalam unsur yang kedua, data buku, terdiri atas (1) judul buku, (2) pengarang, (3) penerbit, (4) tahun terbit beserta cetakannya, (5) tebal buku, dan (6) harga buku (jika diperlukan).
Unsur tubuh resensi merupakan bagian inti dari suatu resensi. Bagian ini memuat di antaranya (1) sinoposis atau isi buku secara bernas dan kronologis, (2) ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, (3) keunggulan buku, (4) kelemahan buku, (5) rumusan kerangka buku, (6) tinjauan bahasa, dan (7) adanya kesalahan cetak.
Terakhir, unsur penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Pendapat ini senada dengan pendapat Saryono (1997:68), tetapi Saryono menambahkan unsur penulis resensi setelah unsur penutup resensi.
Sementara itu, Romli (2003) berpendapat bahwa resensi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Pada bagian penduluan, peresensi memberikan informasi mengenai identitas buku yang meliputi judul, penulis, penerbit dan tahun terbitnya, jumlah halaman, dan harga buku jika diperlukan.
Kemudian di bagian kedua berisi ulasan tentang tema atau judul buku, paparan singkat isi buku (mengacu kepada daftar isi) atau gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan informasi tentang latar belakang serta tujuan penulisan buku tersebut. Pada bagian ini juga diulas mengenai gaya penulisan, perbandingan buku itu dengan buku bertema sama karangan penulis lain atau buku karangan penulis yang sama dengan tema lain.
Pada bagian penutup peresensi menilai bobot (kualitas) isi buku tersebut secara keseluruhan, menilai kelebihan dan kekurangan buku tersebut, memberi kritik dan saran kepada penulis dan penerbit menyangkut sampul depan, judul, editting, serta memberi pertimbangan kepada pembaca tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki.
Sementara itu, Keraf (1994:275–279) membagi pokok-pokok yang dapat dijadikan sasaran penilaian sebuah buku atau karya sebagai berikut.
a. Latar Belakang
Seringkali peresensi tidak tahu bagaimana memulai resensinya. Akan selalu bermanfaat bagi para pembaca bila peresensi menyajikan latar belakang buku itu. Peresensi dapat memulai dengan mengemukakan tema dari karangan tersebut. Apa yang sebenarnya yang ingin disampaikan buku atau pengarang melalui bukunya itu. Penyajian tema secara singkat itu dapat dilengkapai dengan deskripsi mengenai isi buku. Dalam hal ini terdapat titik singgung antar resensi dan ringkasan atau ikhtisar. Dengan kata lain, peresensi dapat menyampaikan ringkasan atau ikhtisar buku itu, sehingga para pembaca yang belum tahu, dapat memeroleh gambaran mengenai isi buku itu. Gambaran inilah yang akan menjadi landasan bagi penilaiannya.
Deskripsi mengenai buku itu bukan hanya menyangkut isinya, tetapi juga dapat menyangkut badan mana yang telah menerbitkan buku itu, kapan dan dimana diterbitkan, berapa tebalnya (jumlah bab dan halaman) dan kalau perlu formatnya. Peresensi dapat pula memperkenalkan pengarangnya: namanya, ketenaran yang diperolehnya, buku atau karya apa saja yang telah ditulisnya, atau mengapa ia sampai menulis buku itu.
Pendeknya semua hal yang menyangkut latar belakang buku itu yang kiranya perlu diketahui pembaca. Dengan demikian sebelum masuk ke dalam teknis penilaian, para pembaca sudah mengetahui serba sedikit mengenai buku itu.
b. Macam atau Jenis Buku
Para pembaca tidak selalu memunyai selera yang sama. Ada yang senang dengan cerita komik, ada yang senang dengan cerita detektif, ada pula yang senang dengan roman-roman, bibliografi dan sebagainya. Tetapi, di samping itu ada yang lebih senang dengan buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan. Para ahli akan lebih tertarik pada teori-teori baru dalam bidangnya masing-masing.
Betapapun terdapat perbedaan-perbedaan antara pelbagai macam pembaca, namun masih terdapat suatu persamaan umum pada mereka yaitu: mereka ingin mengetahui sesuatu bila ada sebuah buku baru diterbitkan. Mereka ingin mengetahui buku macam atau jenis apa itu. Penulis resensi yang mengabaikan pertanyaan ini, sengaja atau tidak sengaja berarti sudah gagal dalam melaksanakan tugasnya. Ia harus menunjukkan kepada pembaca buku yang baru diterbitkan itu termasuk dalam golongan buku yang mana.
Dengan kata lain, peresensi harus klasifikasi mengenai buku, dengan memasukkannya ke dalam kelas buku tertentu maka dengan mudah Ia dapat menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan buku-buku yang lain yang termasuk dalam kelompok yang sama itu. Melalui perbandingan itu para pembaca akan merasa tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang isi buku tersebut secara terperinci.
c. Keunggulan Buku
faktor kedua yang dipergunakan untuk memberi evaluasi adalah mengemukakan segi-segi yang menarik dari buku tersebut. Mengenai keunggulan buku, peresensi pertama-tama mempersoalkan organisasinya. Organisasi adalah kerangka buku itu, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain, apakah hubungan itu harmonis, jelas, dan memperlihatkan perkembangan yang masuk akal. Apakah bagian yang terdahulu menjadi sebab atau dasar dari bagian yang menyusul.
Setelah peresensi menilai masalah organisasi, selanjutnya adalah mempersoalkan bagaimana isinya. Seorang pengarang misalnya sangat cermat dalam memberikan detail-detail, sedangkan pengarang-pengarang yang lain tampaknya agak ceroboh dalam memberikan detail-detail, tetapi lebih cermat dalam memberikan sugesti-sugesti dan simpulan. Ada pengarang yang melukiskan pengalamannya secara teliti, serta mengambil simpulan-simpulan yang baik dari pengalamannya tersebut; sedangkan pengarang lainnya lebih berat sebelah dalam pertimbangan-pertimbangannya dan tidak mengindahkan fakta-fakta yang mungkin menimbulkan banyak kesulitan. Akibatnya ada buku yang sangat bernilai dilihat dari organisasi dan temanya, tetapi tidak dapat dikembangkan dan diberi ilustrasi secara baik dari segi isinya.
Hal yang ketiga dari masalah keunggulan buku adalah masalah bahasa. Bahasa yang dipergunakan pada buku-buku ilmiah harus bersifat denotatif, hanya boleh menimbulkan satu penafsiran. Bahasa yang baik dinilai dari struktur kalimatnya, hubungan antar kalimat, serta pilihan kata yang dipergunakan. Bahasa yang baik adalah bahasa yang dapat disampaikan dengan mudah dan sederhana, jelas, dan teratur. Bahasa yang disampaikan tidak berbelit-belit dan dalam urutan kata-kata yang masuk akal.
Hal yang terakhir yang dapat dikemukakan oleh peresensi dalam memberikan penilaiannya adalah mengenai masalah teknik. Sebuah buku yang baik harus pula ditampilkan dalam wajah yang baik. Yang dimaksud dengan wajah yang baik adalah segala sesuatu yang menyangkut perwajahan (lay out), kebersihan, dan pencetakannya. Kesalahan dalam mencetak kata-kata atau menempatkan tanda baca akan sangat mengganggu para pembaca. Oleh sebab itu, salah satu aspek yang tidak kalah penting adalah memberi catatan mengenai kesalahan-kesalahan pencetakan.
d. Simpulan
Seorang peresensi harus berusaha dengan tepat menunjukkan keunggulan dan kelemahan suatu buku dengan memberikan penilaian langsung, dengan memberi kutipan-kutipan yang tepat dan menunjukkan pertalian yang kompak antara bagian-bagiannya. Menilai sebuah buku berarti memberi simpulan atau saran pada pembaca untuk menolak atau menerima kehadiran buku itu. Oleh karena itu, jangan pula menolak kehadiran sebuah buku hanya dengan menyoroti sebagian saja dari buku itu. Sebuah buku harus dinilai secara keseluruhannya. Penulis resensi harus tetap berusaha memberi kesan kepada pembaca bahwa penilaiannya telah diberikan secara jujur dan objektif.
Dari beberapa pendapat mengenai unsur-unsur atau sasaran-sasaran resensi buku, penulis lebih mengacu pada pendapat Keraf (1994:275), yang menyatakan bahwa sasaran-sasaran resensi terdiri atas empat bagian. Bagian pertama adalah latar belakang, bagian kedua adalah macam atau jenis buku, bagian ketiga adalah kelebihan dan kekurangan buku, dan bagian keempat adalah simpulan.
Belum ada Komentar untuk "Unsur-Unsur Resensi Buku Menurut Ahli Bahasa"
Posting Komentar